Wednesday, April 16, 2014

Derita Kuliah Di Perantauan

Disini saya akan sedikit membagi cerita perjalanan hidup saya tentang suka dukanya menjadi mahasiswa rantau yang jauh dari orang tua. Tinggal di Ruli (Rumah Liar). Dan hiduppun harus pandai pandai, terutama pandai dalam menggunakna uang,  membagi waktu, dan berteman.

Pagi-pagi buta udah bangun dan berangkat melamar,

masya ALLAH, lamaranku yang ku antar kesana kemari, ku titip kesana kemari, satupun tiada  yang dapat panggilan dari PT,
ya emang di sini aku jujur, bagaimana lamaranku bisa di terima sedangkan aku tamatan MAS Al-Wasliyah, sedangkan saingan tamatan SMK, STM, ya jelas donk mereka yang di panggil untuk interviw dan kerja,
tapi aku tak mau mengalah, aku harus tetap berjuang, tapi tetap tiada panggilan, hingga aku jadi pengagguran di Batam 7 Bulan, 
di suatu ketika dengan kelaparan, aku memberanikan diri main ke tempat orang, yang di sana orang itu begitu rame, mereka disana begitu asik sedang main kartu dan minum kopi, 
akupun memberanikan diri untuk gabung bersama mereka dan meminta segelas kopi, 
ya alhamdulillah mereka semua baik baik, aku di kasih segelas kopi dan di ajak main kartu, dengan beberapa jam main kartu mereka siap siap ganti kostum untuk bermain bola, dan mereka pun mengajak aku juga, dengan senang hati ajakan merekapun aku terima karena aku memang hoby  bermain bola, 
pendek cerita, diantara mereka ada yang suka melihatku bermain bola, dan kebetulan di PT dia lagi ada turnamen antara Production, setelah kami selesai bermain bola dia langsung ngobrol dengan aku dan menanyakan aku kerja dimana, ya aku jawab aja ga ada kerja, kan emang nyatanya pengangguran, tanpa basa bsi lagi diapun menyuruh aku membuat lamaranku, untuk dia bawa ke PT tempat dia kerja,
tapi tetap aja nasibku sial, 
padahal sewaktu dia minta lamaranku dia bilang kalau setelah lamaranku itu di kasih aku akan langsung di panggil, tapi aku menunggu sampe satu bulan tiada panggilan, aku tetap sabar menunggu dan melamar sana sini, tapi setelah satu bulan satu minggu, aku disuruh buat lamaran lagi, setelah aku buat lamaran, kukasih sam dia, ya alhamdulillah setelah lamaranku kukasih satu hari aku langsung di panggil, dan langsung interviw dan besoknya aku langsung bekerja, 
ALHAMDULILLAH
Berjalan kontrak tiga tahun aku pun finis, dan melamar dan melamar lagi, tapi kembali kecerita awal lamaranku tidak pernah ada panggilan, 
disitulah aku terpikir untuk ingin kuliah jika nanti sudah kerja, karena aku yakin jika nanti aku sudah tamat kuliah pasti lamaranku mulai berarti karena bukan tamatan MAS-Alwasliayah lagi,
ya alhamdulillah mungkin karena niatku besoknya aku dapat kerja menjadi kasir di warnet, walau gaji tidak seberapa, tapi ya alhamdulillah bisa untuk mendaftar kuliah di universitas putera batam, hari hari kerja disana, tidak terasa sekarang dah masuk smester 3, walau makan ga makan, tabungan tidak ada, memang hidup dirantau sambil kuliah memang sudah,   
Hidup mandiri dan jauh dari orang tua mungkin menurut banyak orang lebih banyak dukanya dari pada sukanya. Tetapi menurut saya kalau di pertimbangkan tidak jauh lebih lah antara duka dan suka. Walaupun lebih berat ke dukanya. Ya memang sih menjadi mahasiswa rantau tu rumit. Yang tadinya bila di rumah makan sudah di sediakan, sedangkan disini harus cari dan membeli dulu makanannya. Banyak dah dukanya kalau nak di sebutkan satu satu.
Tapi dari duka terdapat juga la suka seperti kita menjadi lebih dewasa dan mandiri yang paling terutama.


Coba simak lyrik lagu ini. Pas bangetttt
Mahasiswa Rantau
by : pemuda harapan bangsa(phb)

Kampus biru mentereng
Isinya mahasiswa
Yang nya cem-macem
Merah kuning ijo
Eh kampus yang biru
Mahasiswa rantau makan tak teratur
Senen makan, Selasa puasa
Rabu ngutang, eh Kamis dibayar
Jum'at lapar lagi.... Sabtu makan lagi...
Minggu ngutang lagi... Senen balik lagi...
Rambut metal gondrong, celananya bolong
Jarang makan apalagi jajan
Pacar tiada duit pun tak punya
Utang di mana-mana
Aku ini memang mahasiswa ripuh
Masuk kelas (jret-jret!) udah injury time
Datang telat pulang paling rajin
IP jeblok, enol koma lima (lima....)
Kagak lulus-lulus (sukur....)
Ude 17 taun (sukur....)
Jadi macan kampus (sukur....)
Mahasiswa abadi (sukur....)
Abdai sekali (sukur....)
Aku ini memang ma-a-ci-wa ripuh... (sukur....)
Ripuh sekali! (bodo sih lo, bodo dipiara, otak udang dipiara!)
 
Setidaknya lyrik lagu ini mencerminkan dan mewakili nasib semua mahasiwa rantau. Memang benar, mahasiswa rantau lebih banyak dukanya dari sukanya. Tapi asalkan kita tabah, ikhlas dan tetap bersyukur, akan ada banyak hikmah dan sesuatu hal yang dapat kita ambil dari semua ini. Terutama kita sudah belajar susahnya hidup jauh dari orang tua dan hidup mandiri.

No comments:

Post a Comment

BELAJAR BERKARYA ©2010 Blog Designed by Jls Solin

All Images Froom JlsSolinmikemana Anakpemulung Gelandangpengagguran YangGilatidakwarastidak