Di gubuk reot mereka tinggal, seorang pujangga sanjaya bersama
permaisurinya dwi permata sari yang ada di sana dengan beberapa
tetangga. Penuh kebahagiaa. keharmonisan, keceriaan, canda tawa selalu
menghiasi hari hari mereka. Saling mengerti dan memahami yang selalu
menjadi pondasi.
Mereka bermata pencaharian sebagai petani.
datanglah suatu hari yang menguji kesetian cinta mereka berdua. Pagi
pagi sekali sang pujangga meninggalkan sang permaisuri ke sawah,
melihat sang istri dengan tertidur lelap, tak tega sang pujangga
membangunkannya.
Di dapati sanjaya tak ada di samping, segeralah dwi permatasari memasak untuk sanjaya
Ah
kanda pasti sudah berangkat ke sawah, aku harus segera mungkin
mengirim sarapan untuk kanda, sesampainya di sawah terlihat sanjaya
mengayunkan cangkulnya.
kanda sanjaya, sarapan dulu kanda, sapa dwi permata sari
ya
dinda tunggu sebentar, saut sanjaya. bersamaan itu, seekor ular kobra
menghampiri dwi permata sari. terlihat jelas oleh sanjaya kobra itu mau
mematuk dwi permata sari.
dinda……. Awas di samping dinda ada ular!
ah
kanda, makan dulu baru bercanda, bantah dwi, karena memang mereka
selalu bercanda, maka dwi permata saripun menganggap hal itu sebagai
bercanda.
a….a…,kanda tolong, ular itu mematuk bagian belakang kaki dwi permata sari
dinda….,dinda tidak apa apa? Tanya sanjaya
kakiku mati rasa kanda, jawab dwi permata sari
Segera mungkin sanjaya membawa dwi permata sari ke dusun,
tolong………
tolong…. pangil sanjaya kepada tetangga, tubuh dwi permata sari
membiru dan matanya pun terpejam, sembari dwi permata sari mencoba
menggerakkan bibirnya, maafkan dinda kanda, bilamana dinda masih diberi
waktu, dinda kan selalu ingin bersama kanda
cepat pangil
tabib kesini suruh sanjaya kepada tetangga Tatkala tabib datang, segera
mungkin tabib mmeriksa denyut nadi dwi, tapi tak di dapatinya. maaf
sanjaya, kata tabib
tidak…. Tidak boleh, hanya bersamamu aku hidup, bersamamu ku betahan
Semalam
suntuk sanjaya menangisi kepergian dwi permata sari, pagi pagi sanjaya
mengumpulkan batang pohon pisang dan merakitnya. Dengan perasaan sedih
nan pilu sanjaya membawa dwi permata sari ke tepi sungai dengan rakit
pohon pisang
dinda apalah arti hidupku bila tak bersamamu,
aku kan terus bersamamu hingga akhir hidup ini dinda, kanda kan
membawamu ke ujung samudra tak bertepi, dam mmbiarkan pohon pisang ini
membusuk bersama dengan berakhirnya cinta kita, kanda tak akan berlabuh
sebelum bersatunya cinta kita kembali
Ya Tuhanku… aku percaya akan kekuasaanMu
Ku sadar benar ini kehendakMu
Bilamana Kau menghendakinya,tawarlah air laut ini
Surutlah air ini
Binasalah diri ini
Tapi satu hal yang pasti aku mohon kepadaMu
Tolong beri kehidpan pada istriku ini….
Ambil separuh nyawaku untuknya
Untuk kehidupannya
Rakit
itupun terus mengikuti arus sungai dan membawa mereka pada hamparan
samudra, terus menangis dan berdoa yang hanya bisa di lakukan sanjaya.
Tiba tiba seekor ular kobra menghampiri mereka berputar putar di
sekeliling mereka.
hai kau kobra, bila mana memang Tuhan yang
menjadikan kau memisahkan aku dengan dinda, maka persatukanlah kami
dengannya. Patuklah diriku ini biar ku bisa bersama dinda
Namun kobra itu tak mematuk sanjaya tapi malah mematuk bagian belakang kaki dwi permata sari.
kanda,
kenapa kta di sini? bukankah kita di sawah? kanda sudah sarapan belum?
tiba tiba terdengar suara dwi permata sari di telinga sanjaya.
indahnya mimpi ini sampai Kau dengarkan suara istriku ya Tuhanku, gumam sanjaya dalam hati
kanda….
Kanda… di Tanya kok diam saja? Ada apa kanda? Tanya dwi permata sari,
sanjaya pun mencoba tuk membuka mata karena masih tak yakin dengan apa
yang barusan di dengar
dinda… kau benar benar dinda…? ya
Tuhanku ku bersujud dan bersyukur kepadaMu, Kau masih mau mendengar
doaku.,,,, dinda tak ingat kalau dinda di patuk ular..? tanya sanjaya
ke dwi permata sari
oooo ia.. dinda ingat… tapi kenapa kita di sini kanda? Dwi penuh heran bertanya kepada sanjaya
kanda
membawa dinda tuk selalu hidup mati bersama dinda, di sana ada pulau,
mari kita berlabuh di sana, di sana kita akan hidup bersama berdua,
ajak sanjaya
baik kanda, dwi pun mersa bahagia dengan kesetiaan dan cinta sanjaya dan ia pun merasa yakin kan bahagia bersama sanjaya.
Di
pulau itu hanya mereka berdua yang tinggal. mereka hidup dengan
menangkap ikan, menanam apa apa yang bisa di tanam dan di makan. Mereka
sangat bahagia meskipun hidup seadanya.
Suatu ketika kapal
seorang saudagar kaya melewati pulau tersebut dan mencoba berlabuh tuk
memastikan pulau tersebut berpenghuni atau tidak, dan mencoba membuka
pasar perdagangan di pulau itu. Bersama itu sanjaya pergi menangkap
ikan dan dwi permata saripun sedang mencuci pakaian di tepi sungai yang
jauh jaraknya dari tempat sanjaya. Saudagar itupun melihat dwi yang
sedang mencuci pakaian, dan menghampiri dwi
apa yang sedang gisana lakukan di tempat seperti ini, apa di sini ada desa untuk berdagang, Tanya saudagar
tidak
ada gisana, yang ada hanya kami berdua di pulau ini. aku dan suamiku
sanjaya, sedangkan aku sekarang mencuci pakaian kami berdua, jawab dwi
permata sari
Apakah gisana bisa tinggal di tempat seperti ini
yang tak berpenghuni? selalu di landa sepi? apakah gisana ak ingin
hidup seperti halnya manusia lainnya? lebih baik gisana ikut saya, di
sana banyak kehidupan yang menanti kita! ajak saudagar
di
sini aku memang sepi dan ingin meninggalkan semua ini tetapi disini ada
sanjaya yang selalu menemani. tapi bukan disini tempatnya yang ku
harapkan, jawab dwi permata sari
coba gisana pikirkan sejenak
mana yang lebih baik dan harus di putuskan, bilamana gisana ingin
meniggalkan semua ini, gisana bisa ikut bersama saya dan akan ku
jadikan gisana istri saya, tambah saudagar
baiklah gisana,
aku akan ikut bersamamu, dwi pun memutuskan tuk meninggalkan
kesepiannya yang selama ini ia rasakan dan pergi bersama saudagar itu
menuju kota.
Haripun menjelang sore dan sanjaya pulang dari
menangkap ikan dan ia ingin segera cepat sampai rumah dan memberi tahu
dwi permata sari kalau ia hari ini berhasil menangkap ikan banyak.
Sesampainya di rumah tak didapatinya dwi permata sari dan hanya
selembar daun jati yang ia temukan di atas meja bambunya. Di daun itu
bertuliskan
“maafkan dinda kanda sanjaya, dinda
ingin selalu bersama kanda, tapi dinda juga ingin hidup bahagia bersama
dengan yang lainnya, yang mana kebahagiaan itu bukan milik kita
semata” Sanjaya menangis, dan seakan tak kuasa menerima kenyataan ini
semua “
ya Tuhanku, kau memisahkan kami dengan
kematian dan mengembalikan kebahagiaan dalam kehidupan. tapi kehidupan
yang lain lah yang di inginkan dinda, mohon beri kebahagiaan baginya ya
Tuhanku, Dan sanjaya tetap memutuskan tuk hidup sendiri di pulau
terpecil itu, dan tidak pergi mencari sang istri yang pergi. karena itu
memang yang menjadi keinginan dwi permatasari.
HARTA ADALAH HIASAN HIDUP SEMATA,
No comments:
Post a Comment